Cita-cita persatuan Indonesia itu bukan omong kosong, tetapi benar-benar didukung oleh kekuatan-kekuatan yang timbul pada akar sejarah bangsa kita sendiri. (Muhammad Yamin)
Kenapa harus terpecah belah jika bisa bersatu? Memang, persatuan umat adalah masalah terbesar umat ini, tidak hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia Islam. Terlepas dari masalah-masalah internal umat Islam yang sering memicu perpecahan, musuh-musuh Islam juga tidak pernah suka dan terus berusaha agar umat pembawa rahmat ini tidak bersatu. Sebab, Islam telah menunjukkan taringnya ketika khilafah berkuasa, Khulafaur Rasyidin, Bani Umayah, Bani Abbasiyah, dan Turki Usmani. Ketika Eropa masih merangkak dalam kubangan lumpur, umat Islam telah berhasil menciptakan tekonlogi yang bisa menerangi kota-kota di malam hari. Sejarah-sejarah emas itu selalu ditutupi agar generasi Islam hari ini menutup mata, sehingga sibuk saling menyalahkan.
Perlawanan dari musuh Islam dan ‘kanker’ umat Islam menjadi tantangan tersendiri yang harus dilawan dengan cerdas. Zaman ini, bukan lagi peperangan angkat senjata, tapi lebih kepada perang pemikiran, khususnya di Indonesia. Siapa yang mampu mengendalikan opini publik maka dialah pemegang kekuasaan.
Musuh Islam, walau pun memperlihatkan wajah senang di hadapan umat mayoritas di bangsa ini, tapi semua itu hanya hipokrit untuk mengelabui umat Islam. hal ini telah digambarkan dalam Al-Qur’an tentang sifat mereka.
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS al-Baqarah:120)
Informasi itu kebenarannya tidak bisa lagi diganggu gugat, kebenarannya sudah absolut, maka tidak ada lagi tafsiran untuk mengambil asumsi lain bahwa yahudi dan nasrani itu turut membantu kita dalam membangun persatuan. Justru Islam punya konsep ilahiyah untuk membangun persatuan, bagaimana berinteraksi dengan umat lain dan bagaimana memperlakukan mereka, tentu dengan cara-cara Qur’aniyah yang beradab dan penuh moralitas tinggi. Ketegasan Al-Qur’an dalam menyoroti masalah perpecahan sudah sangat jelas dan telah memberikan langkah-langkahnya untuk bisa mencapai persatuan umat.
Adalah adu domba yang sangat jelas terhampar di depan mata kita saat ini, Al-Qur’an pun telah memberikan solusinya. Sebagaimana yang kita temui sejarah Islam, ketika musuh itu tidak bisa memecah umat dari luar maka mereka akan memecah dari dalam, politik adu domba.
Munculnya kelompok-kelompok tertentu (kanker umat Islam) yang respek terhadap musuh Islam dan justru mendiskriminasi saudaranya sendiri, hal ini pun bukan hal yang baru. Model-model politik semacam ini sudah tertera dalam sejarah, karena memang, sejarah adalah etalase yang terus berputar, maka orang yang paling cepat bisa keluar dari masalah adalah orang-orang yang mampu menganalisa sejarah dan belajar dari sana.
Tentu kita sering mendengar perseteruan antara suku Auz dan suku Hazraj yang di adu domba oleh yahudi, kisah ini sudah sangat popular dan tentu muslim yang baik mampu mengambil pelajaran dari kisah ini, kemudian mengaplikasikan pada permasalahan yang terjadi saat ini, khususnya politik adu domba yang menimpa umat Islam.
Maka bagaimana cara menghadapinya, agar umat Islam tetap kuat dan mulia? Al-Qur’an mengajari kita bagaimana sikap elegan menghadapi tantangan yang mengiginkan perpecahan di antara umat Islam dan tidak menginginkan umat Islam membawa kedamaian di negeri ini.
Sebuah langkah strategi untuk mengahadapi musuh yang hendak menyerang umat Islam. Ada dua syarat jika ingin menang saat berhadapan dengan musuh. Pertama, teguhkanlah hatimu dan perbanyaklah zikir.
“Hai orang-orang yang beriman apabila kamu menghadapi pasukan musuh maka berteguhlah dan kuatkanlah hati kamudan selalulah sebut nama Allah sebanyak-banyaknya agara kamu beruntung.” (QS al-Anfal:45)
Dan syarat kedua ada pada surat Al-Anfal ayat 46. Allah subhanahu wa ta’aala berfirman:
“Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (QS al-Anfal: 46)
Ayat-ayat muhkamat dari Allah subhanahu wa ta’aala sudah begitu terang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Jangan dibolak balik dan jangan dipelintir, Al-Qur’an sudah mengaturnya. Apa yang sudah jelas dari Allah dan Rasul-Nya maka jalankan. Apa yang diperintahkan Allah dan Rasul-Nya laksanakan semampu kamu. Tetapi apa yang dilarang dari kamu jauhi secara total.
Kesimpulan, pertama, hadapi situasi dengan kepala dingin, hati yang penuh sabar. Lihat persoalan secara jernih, jika memang ada politik adu domba dan ketidakadilan penguasa dalam menindaki persoalan umat. Bukan hanya kesalahan satu dua rezim tapi ini sudah berlansung cukup panjang. Adalah kewajiban umat Islam untuk sama-sama menyelesaikannya.
Kedua, jadilah problem solver. Umat Islam harus jadi bagian dari problem solver dengan cara berpegang teguh pada tali Allah dan tidak berpecah belah.
Ketiga, jadilah umat yang menyeru kepada kebaikan serta taat kepada Allah dan Rasul-Nya dan bersabarlah bersama Allah dan Rasul-Nya.
Janganlah menjadi umat yang berputus asa meluapkan kemarahan bukan pada tempatnya. Jadilah umat yang adil, menempatkan sesuatu pada tempatkknya.
Sebarkan Kebaikan!
Sumber :
http://aqlnews.com/ormas-ormas-islam-adalah-satu-kenapa-harus-terpecah-belah/